Saat ini saya sedang dalam proses penulisan Film kedua saya ‘The Seen and Unseen’ di Paris, untuk program Residence du Cinefondation dari Cannes Film Festival, selama empat setengah bulan.
Kami semua enam orang disini. Sebuah apartment dengan enam filmmaker dari Brazil, Costa Rica, USA, Kyrgyzstan, Srilanka, dan saya yang pertama dari Indonesia. Tidak ada kelas, tidak ada tugas, dan hal yang kami harus lakukan setiap hari adalah: Menulis.
Sangat berbeda dengan menulis di Jakarta. Dan sangat jauh dengan Bali, tempat dimana saya ingin merekam film saya. Saya sadar bahwa hal paling berharga yang mereka berikan untuk saya disini adalah waktu; hal yang tidak banyak saya dapatkan di Jakarta tentunya.
Tadi malam saya mendapat sebuah message dari seorang teman yang saat ini sedang berada di Busan, Edwin, yang berkata “Empat setengah bulan bisa jadi sangat lama, atau terlalu cepat. Tapi ini waktu yang penting untuk kamu dan film kamu’. Edwin benar, banyak sekali hal yang belum saya lakukan; banyak buku yang belum saya baca, banyak film yang belum saya tonton, banyak halaman yang belum saya isi dan ini bisa menjadi terlalu cepat.
Saya juga ingat bagaimana suami saya, Ifa Isfansyah, bicara soal waktu. He said, “Time maybe nothing. But nothing can be something, sometimes”. Saya rasa ini tidak hanya berlaku untuk saya saat ini, tapi untuk semua orang. Kita semua punya waktu, dan itu harta alami yang kita punya. Dan ‘sometimes’ hanya terjadi untuk mereka yang mempunyai keinginan.
Saya pun mulai menulis. Mencoba merubah lama menjadi cepat, dan mencoba merubah nothing menjadi something.
/kandi